Jumat, 13 Juni 2008

Mengaku Rasul: Sesat

Sejak 5 juni lalu sebuah film religi baru sudah tayang, Mengaku Rasul. Mengaku Rasul ini berangkat dari banyaknya ajaran sesat dimana pemimpin ajaran itu mengaku sebagai rasul baru yang diutus untuk melakukan penyucian aqidah penganutnya. Inilah yang terjadi pada Guru Samir (Ray Sahetapi). Lewat padepokannya, Guru Samir memanfaatkan agama untuk meraih harta dan kekuasaan.

Dalam film ini juga, diceritakan Guru Samir tengah berdiri di atas mimbar mushalla, berceramah dengan penuh membara di hadapan santri-santrinya. “Kalianlah manusia yang terpilih oleh Allah, untuk menjadi ummatku. Sebagaimana ummat rasul-rasul terdahulu, kalian semua akan masuk surga bersamaku. Alhamdulillah! Sambutlah jalan yang terbuka lebar menuju pintu surga Allah!”

Sementara itu, di luar mushalla warga kampung sekitar datang berbondong-bondong, menggenggam obor dan bahan bakar. Dengan wajah penuh amarah-atas segala kesesatan ajaran Guru Samir- warga membakar mushalla beserta seisinya. Santri-santri histeris, berlarian keluar dengan badan terbakar api. Sedangkan Guru Samir tidak bergerak sedikitpun dari posisinya semula, tetap tegap berdiri saat jilatan api menggeregoti tubuhnya.

Berita kematian Guru Samir beserta pengikutnya menjadi bahan obrolan panas di kalangan warga desa. Namun tak disangka, terjadilah kemukjizatan. Guru Samir tiba-tiba hadir kembali di tengah-tengah warga desa, dan mengklaim dirinya telah dibangkitkan kembali oleh Allah dari kematian. Benarkah Guru Samir adalah seorang rasul yang diberi kemukjizatan oleh Allah?

Film ini terbilang unik, cukup orisinil dari segi ide cerita, serta cerdik memanfaatkan isu aliran sesat yang sedang santer di negara kita. Jalan ceritanya penuh teka-teki dan tanda tanya, sehingga cukup merangsang kita untuk menebak-nebak kelanjutan cerita, serta jawaban terhadap misteri yang muncul. Contohnya adalah kesaktian/ mukjizat Guru Samir yang dapat berada di dua tempat sekaligus, atau tangan yang pulih kembali setelah ditebas pedang.

Sayang, tidak semua teka-teki yang muncul mendapat jawaban yang memuaskan, bahkan beberapa terkesan dipaksakan. Oya, foto yang di poster ko' tokoh wanitanya pake cadar ya?! Prasaan dari awal sampe akhir Rianti ato tokoh wanita yang lain ga pernah pake cadar ato sejenisnya. Mo kaya A2C yah.. please deh!!

Kembali ke cerita, Negeri ini memang tak pernah berhenti dari terpaan peristiwa aneh, namun tetap saja diamini publik. Masih ingat ketika Menteri Agama percaya kepada mimpi tentang harta karun hingga harus merusak situs purbakala beberapa tahun silam? Kini kasus senada kembali terjadi. Seseorang mengaku ilmuwan sanggup membuat air sebagai pengganti bahan bakar bensin. Ah, aya aya wae... Berkaca dari peristiwa macam itulah film ini menjadi relevan.

Satu poin lagi perlu garisbawahi, Aku pikir adegan penyerangan, pembakaran musholla dan seisinya, yang di film tersebut dianggap sebagai “peristiwa heroik”, tidaklah tepat. Bagaimana pun juga, pengikut-pengikut Guru Samir bukanlah setan-setan yang harus dimusnahkan, melainkan korban dari doktrin-doktrin sesat yang Guru Samir ajarkan. Apalagi, peristiwa itu juga dipicu oleh pencabulan yang dilakukan Guru Samir terhadap salah seorang anak gadis warga, tentu hal tersebut murni kesalahan individu, bukan kelompok.

Seharusnya sutradara bisa “memberi contoh” yang lebih arif, dalam menyikapi “aliran sesat” di tengah-tengah ummat Islam. Pun jika sutradara memandang adegan itu bukanlah untuk “memberi contoh” melainkan “menggambarkan realita yang ada”, apa bedanya dengan film ML (Mau Lagi) yang sukses “memvisualisasikan” realita di kalangan remaja?

Genre Film Nuansa Religi, Sebuah Asa Sineas Indonesia

Oleh : Dadan Rusmawan

Beberapa hari lalu, “Audisi Bintang Film Ketika Cinta Bertasbih” digelar rencananya audisi ini akan digelar di sembilan kota untuk mendapatkan lima pemeran tokoh Azzam, Eliana, Furqon, Anna dan Husna, ujar Heru Hendriyarto, produser SinemArt Pictures, Kamis pekan lalu, di dalam jumpa pers di Jakarta.

Hal ini dilakukan setelah ditekennya MOU antara Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy) penulis novel deng judul yang sama, dengan pihak produser film, dimana di dalam MOU itu, Kang Abik sendiri-lah yang memilih para aktris dan aktor Film Ketika Cinta Bertasbih. Hal itu, diungkapkannya dalam dalam acara Seminar Pergaulan Islam Manarul Ilmi Expo 2008 hari jumat (29/02) silam.

Menurut Kang Abik, ia tidak ingin kejanggalan antara novel dan film terjadi kembali, seperti dalam film Ayat-Ayat Cinta, dimana Pertemuan Fahri dan Maria itu tidak disengaja… entah kenapa di film terlihat pertemuan yang disengaja.”

Kang Abik menginginkan artis yang didalam film dan diluar film nantinya berjilbab. Jadi harus berjilbab syaratnya. Dia juga harus bisa mengalahkan Rianti Cartwright atau Luna Maya. Bahkan Kang Abik juga mengajukan LDK supaya menyediakan 3 ikhwan dan 3 Akhwat untuk dicasting sebagai pemain Ketika Cinta Bertasbih. Kemungkinan keenam pemaian yang dicasting akan memerankan tokoh sentral Azzam, Anna Althafunnisa, Eliana dan Furqan. Ntar Kang Abik sendiri yang akan mencari pemain-pemainnya dan akan menjamin kualitas dari pemain terpilih tersebut, jelasnya.

“Film Ketika Cinta Bertasbih” walaupun masih dalam proses. Namun semua pihak dalam pembuatan film ini berharap (bermimpi) semua orang yang ingin menghadirkan sebuah film yang baik bukan hanya dari sisi cerita, tetapi juga keteladanan para aktornya.

Menurut pihak “Film Ketika Cinta Bertasbih”, mereka tidak main-main dalam rencana pembuatan film dakwah ini.

Semoga per-film-an Indonesia bangit kembali setelah cukup lama tenggelam, dan menyuguhkan hiburan yang mendidik, bukan hanya sekedar mencari untung semata. Bravo 100 Tahun Kebangkitan Bangsa?